Penelitian tentang potensi semut rangrang sebagai predator atau musuh alami hama sudah dilakukan cukup lama. Huang dan Yang (1987) menuliskan bahwa semut rangrang sudah dikenal oleh bangsa China pada tahun 304 Masehi untuk mengendalikan hama kutu-kutuan pada tanaman jeruk.
Perilaku agresif semut rangrang dalam mempertahankan daerah kekuasaannya barangkali menjadi salah satu pertimbangan bagi para petani untuk menggunakannya sebagai “penjaga” tanaman terhadap gangguan hama. Kajian Van Mele di Vietnam (Van Mele & Truyen, 2002) membuktikan bahwa penerapan teknologi pengelolaan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) yang tepat di lapangan, mampu meningkatkan potensi mereka sebagai musuh alami hama.
Way dan Khoo (1992) menyebutkan bahwa semut rangrang menjadi musuh alami pada sekitar 16 spesies hama yang menyerang spesies tanaman, yaitu kakao, kelapa, kelapa sawit, mangga, eukaliptus, dan jeruk. Bersama dengan kerabatnya, yaitu Oecophylla longinoda, semut rangrang Oecophylla smaragdina melindungi tanaman-tanaman tersebut dari serangan hama.
Penelitian lain juga membuktikan bahwa semut rangrang menjadi musuh alami hama pada tanaman lada hitam dan mahoni. Misalnya, Offenberg et al (2006) memperlihatkan bahwa semut rangrang mampu melindungi tanaman mangrove dari serangan kepiting Episesarma. versicolor.